RESENSI
BUKU
Judul
: Di Bawah Lentera Merah
Penulis
: Soe Hok Gie
Penerbit
: Yayasan Bentang Budaya,
Yogyakarta
Cetakan
: Pertama Tahun 1999
Tebal
: 70 halaman
Suatu apresiasi yang
tinggi diberikan kepada Soe Hok Gie, sebab diantara pemuda masa itu hanya
sedikit yang ingin membahas organisasi pemuda yang kontrofersial ini. Bahkan
hingga kini ditengah situasi kebebasan informasi pasca reformasi sangat sulit
mendapatkan informasi sejarah yang benar.
Soe Hok Gie adalah
pengarang buku “ Di Bawah Lentera Merah”. Sebuah buku hasil dari penelitian
penulis dalam meyelesaikan sarjana mudanya.
Diawali dengan kegelisahan penulis
membaca berita-berita di Koran, khususnya pada proses pengadilan kaum komunis
dan perkembangannya sebelum tahun 1926, hingga mengungkap pergerakan
marxis di Indonesia yang mulai terlihat
pada tahun 1917-1920. Hal ini penting
untuk di cermati, agar kita mengetahui awal mula perjuangan kelas tertindas di
Indonesia saat itu bangkit melawan menuntut kemerdekaan.
Penulis mengatakan bahwa
“Di Bawah Lentera Merah” hanyalah usaha kecil untuk untuk melihat salah satu
bentuk pergerakan rakyat Indonesia di awal abad ke-20. Ketika organisasi menjadi wadah dari
benih-benih kebangsaan yang akan ditanamkan dibumi pertiwi. Bersama nilai-nilai
tradisaonal masyarakat yang mengakar dan hasil dari perubahan sosial pasca
revolusi rusia 1917 menjadi modal semangat sebagian pemuda di Indonesia.
Buku ini secara garis
besarnya mengulas mengenai proses terbentuknya organisasi PKI yang di prakarsai
oleh orang-orang di Sarekat Islam Semarang, diantaranya Semaoen, dan Darsono.
Dimulai dengan latar belakang sosial masyarakat Indonesia yang mengalami
ketidakadilan oleh orang Belanda dan Orang Priyai Pribumi. Sebagai sebuh organisasi, Sarekat Islam
menjadi pusat perlawanan terhadap pejajahan Belanda kala itu mengalami perbedaan gagasan tentang
bagaimana bentuk perlawaan dan hasil yang diingkan pasca revolusi. Akibat
perbedaan itu, SI- Semarang bersama ISDV (sebuah perkumpulan sosialis Belanda)
membentuk Perserikatan Komunis di Hindia.
Dalam buku ini, kita
juga bisa melihat tokoh-tokoh tradisional lokal pada tahun 1917 memberikan
gagasan yang transpormatif dari wacana tradisional ke wacana modern dalam menyikapi perubahan sosial masyarakat
awal ke-20 dan hingga sekarang bisa dijadikan rujukan guna melihat wajah
Indonesia. Seperti pada tokoh Semaoen yang kala itu memimpin SI-Semarang,
dimana seluruh anggotanya berasal dari kalangan buruh dan rakyat miskin. Hal
ini menjadi sangat penting bagi sejarah Indonesia sebab mejadi awal mula dari
pergerakan kaum marxis di indnesia.
Meskipun dalam
penulisannya banyak ahli sejarah yang
mengkritisi sebab sumber yang digunakan hanya dari wawancara dan surat kabar
sehingga buku ini terkesan kurang berimbang. Akibatnya, banyak menimbulkan
perdepatan dalam pendiskuiannya. Terlepas dengan hal itu, eksistensi buku ini
tak bisa dikesampingkan akan pengetahuan yang diberikan.
Semoga bermanfaat...
1 komentar:
benarkah PKI terbentuk secara alami dari orang pribumi sendiri.? mohon penjelasannya ?
Posting Komentar