Kamis 0 komentar

Jappa - Jappa; Harmoni dengan Alam

“Ada kebahagiaan di hutan yang belum terjamah, Ada kegairahan dipantai yang sunyi, Ada peradaban di kedalaman lautan, dimana tak ada penggangu…Aku tak lebih mencintai manusia, tapi lebih mencintai alam” (Lodr Byron; Into The Wild)

Kutipan ini diambil dari sebuah film yang terinspirasi oleh kisah nyata. Film ini mengisahkan seorang pemuda yang terpenjara dengan keadaan masyarakat dan lingkungan keluarganya yang penuh dengan kepura-puraan, rasa kecewa dan marah menjadi batu hingga ia berniat untuk lepas dan pergi meninggalkan peradabanya. Akhirnya ia menemukan tujuan, tempat yang selalu menunjukan bentuk aslinya, tempat melepaskan masalah-masalah hidupnya, selalu mengajarkan tentang arti kehidupan yang sebenarnya yang ia dapatkan ketika menyatu dengan alam.
0 komentar

MANUSIA DAN PRINSIP LINGKUNGAN HIDUP

Tidak bisa disangkal bahwa berbagai kasus lingkungan hidup yang terjadi sekarang ini, baik pada lingkup global maupun lingkup nasional sebagian bersumber dari prilaku manusia itu sendiri. 
Kasus pencemaran dan kerusakan, seperti di laut, hutan, atmosfer, air, tanah, dan lain-lain bersumber dari tangan-tangan manusia yang tidak bertanggung jawab, tidak peduli dan hanya mementingkan diri sendiri.
Adanya kesalahan dalam menempatkan diri dalam konteks alam semesta seluruhnya. Menyebabkan manusia  memandang dirinya sebagai pusat alam semesta, sementara alam dan segala isinya sekedar alat pemuas bagi kepentingan dan kebutuhan hidupnya. Sehingga manusia merasa berkuasa terhadap alam yang boleh mekakukan apa saja terhadapnya. Cara pandang ini kemudian dikenal sebagai paham antroposentris. Pada  giliranya, kekeliruan cara pandang ini melahirkan perilau yang keliru terhadap alam.
 
;