RESENSI BUKU
Judul :Anarkisme:
Perjalanan Sebuah Gerakan Perlawanan
Judul Asli: Anarchism
Penulis: Sean M
Sheehan
Penerbit: Marjin Kiri, Jakarta
Cetakan: I, Januari 2007
“Anarchism is not bombs, disorder, or chaos.
It is not robbery and murder. It is not a war of each against all. It is not a
return to barbarism or to the wild state of man. Anarchism is the very opposite
of all that.” Alexander Berkman (1870-1936) Seorang Anarkis Kelahiran
Lithuania.
Mendengar kata “anarkisme” pikiran
kita langsung terngiang pada perilaku seseorang atau kelompok yang berperilaku
amoral; jahat, keji, identik dengan kekerasan, dan padanan negatif lainnya.
Meskipun pada umumnya anggapan orang hanya secara intuitif, tanpa pernah
mencoba menggali lebih seksama tentang apa yang disebut sebagai Anarkisme.
Namun istilah ini sudah terlanjur menimbulkan kemarahan dan disimpulkan bahwa
anarkisme adalah sebagai suatu paham yang menakutkan karena jahat. Persepsi itu
kian waktu terus mendominasi pemikiran masyarakat luas yang meyakini bahwa
anarkisme tak lebih dari penyakit sosial yang tidak baik, dan pantaslah jika
dianggap musuh masyarakat. Lalu apakah anarkisme itu? Sebuah pertanyaan yang
mengandung keingintahuan sekaligus bermakna kecurigaan. Jangan-jangan letak
persoalannya hanya karena kita tidak paham betul apa sebenarnya yang menjadi
cita-cita anarkisme. Jangan-jangan, kita tidak menyadari, dalam beberapa hal
bersimpati bahkan untuk banyak hal berbagi keyakinan dengan anarkisme. Dan
karenanya, bisa jadi di suatu waktu kita sangat memerlukan anarkisme.
Buku ini hadir dengan menyajikan
tentang makna, tujuan, maksud dan fungsi yang sejati dari anarkisme itu
sendiri. Seán M. Sheehan,
penulisnya, tidak hanya menempatkan tema Anarchism yang kemudian dijadikan
judul yang amat singkat, tapi padat nan berisi sebagai kajian akademik, setiap
uraian dalam buku ini seolah mengajak pembacanya untuk "action" dan
memahami secara komprehensif apa itu anarkisme yang ditulisnya dengan melalui
data-data sejarah yang valid dan akurat. Anarkisme adalah jaringan. Jaringan
suara yang bukan hanya bicara namun juga berjuang demi kemanusiaan untuk
melawan neoliberalisme. Jaringan lima benua yang turut menangkal kematian yang
disuguhkan Kekuasaan kepada kita. Jaringan tanpa pusat atau pengambil
keputusan, yang tak memiliki komando sentral atau hirarki. Kitalah jaringan
itu, kita semua yang melawan.
Anarkisme itu sendiri berasal dari
bahasa Yunani yaitu anarchos/anarchia. Artinya tanpa pemerintahan (without
rulers). Sederhananya kata anarkis berarti orang yang mempercayai dan menganut anarki.
Kemudian bila disisipi kata -isme berarti bermakna paham, ajaran atau ideologi.
Dalam perkembangannya anarkisme pun tumbuh menjadi bentuk gerakan sosial
politik dan pemikiran filsafat yang menyatakan bahwa semua bentuk negara,
pemerintahan dan kekuasaan adalah buruk dan oleh karena itu harus ditolak dan
dihancurkan. Kemudian anarkisme pun berkembang dan menjadi bagian dari ideologi
sosialis yang berada diluar pemikiran Karl Max yang sering dikenal sebagai
Bapak Sosialis. Anarkisme sebagai suatu gagasan atau pendirian filosofis maupun
politik yang percaya bahwa manusia sebagai anggota masyarakat akan membawa pada
manfaat yang terbaik bagi semua jika tanpa diperintah maupun otoritas, boleh
jadi merupakan suatu keniscayaan. Pandangan dan pemikiran anarkis yang demikian
itu pada dasarnya menyuarakan suatu keyakinan bahwa manusia pada hakekatnya
adalah mahluk yang secara alamiah mampu hidup secara harmoni dan bebas tanpa
intervensi kekuasaan.
Dimulai sekitar akhir abab XVII oleh
kaum buruh di berbagai negara Eropa semisal Rusia dan Spanyol, anarkisme
menyebar sampai ke Asia dan Amerika. Tokoh-tokoh anarkis awal yang terkenal
adalah Max Stirner (1806-1856), Pierre-Joseph Proudhon (1809-1865), Mikhail
Bakunin (1814-1876), Peter Krapotkin (1842-1921). Mereka tokoh-tokoh anarkis
awal yang bukan hanya teoretis tapi berupaya mewujudkan paham anarkisme dengan
program-program yang sistemik.
Pierre Joseph Proudhon menyatakan
dirinya adalah seorang anarkis. Namun anarkisme ala Proudhon sama sekali tidak
pernah menyetujui segala macam bentuk kekerasan dan pemberontakan. Karena dia
merasa kekerasan justru akan memunculkan kediktatoran yang akan semakin
mempertajam pertentangan kelas. Bahkan diapun pernah bersitegang dan silang
pendapat dengan Karl Marx. Tahun 1840 dia menulis essay yang berjudul Systeme
des Contadictions economiques ou La Philosophie de la Misere (System of
Economical Contradictions: or, the Philosophy of Misery). Dalam tulisannya
tersebut, dia begitu mengkritik komunisme ala Karl Marx. Dia merasa justru komunisme
tak ubahnya dengan sistem kapitalisme yang sama-sama mengabaikan hak asasi
individu dan masyarakat yang ujung-ujungnya membuat kemiskinan semakin
menjadi-jadi. Proudhon lebih memilih perjuangan kaum pekerja lewat dirinya
sendiri, yaitu kaum pekerja harus membantu dirinya sendiri. Pembentukan
koperasi-koperasi pekerja dan bank-bank rakyat yang lebih berorientasi pada
pekerja adalah cara bijak yang dianjurkan oleh Proudhon. Karena Koperasi dan
bank rakyat dipercayainya akan mampu mengubah dan melawan sistem kapitalis dari
dalam. Kekuasaan negara, pemerintahan, beserta perangkatnya akhirnya tidak
diperlukan lagi dan diganti dengan federasi komunitas-komunitas yang bebas dan
mandiri secara ekonomi karena dari sini sudah akan tercipta masyarakat yang harmonis.
Proudhon cendrung berada di garis damai dalam gerakan dan perjuangan
anarkisnya.
Kemudian siapa yang tidak kenal dengan seorang
tokoh besar India, Mahatma Gandhi. Gandhi pun banyak membaca pikiran anarkis
seperti Leo Tolstoy, Thoreau maupun Kropotkin. Gandhi adalah pelopor aksi
perlawanan sosio-kultral yang dipengaruhi anarkisme di Asia. Tak hanya di
negara asalnya India, Gandhi pun berhasil menyebarkan semangat aksi pergerakan
resistensi dan pembangkangan sosial yang bersifat anti-kekerasan di Afrika
Selatan. Gandhi memang belum berhasil mewujudkan masyarakat komunal berbasis
desa swadaya, namun kontruksi pemikirannya terus dilanjutkan oleh para
penerusnya dengan mengembangkan gerakan Sardovaya yang begitu disambut secara
antusias oleh masyarakat luas di India pada tahun 1960-an.
Sikap Kritis dan semangat anarkisme
Mahatma Gandhi pun terus diwariskan. Seperti pada tahun 1980-an muncul gerakan
anti proyek pembangunan Dam Narmada di India. Pada dasarnya gerakan tersebut
merupakan bentuk dari “New Social Movement” yang terinspirasi dari pikiran
anarkisme. Akhirnya tahun 1992, gerakan untuk menyelamatkan Narmada ini
berhasil mendesak Bank Dunia untuk mencabut dukungannya terhadap proyek
tersebut. Gerakan ini adalah merupakan gerakan sosial yang menantang watak
otoritarian kekuasaan negara dan sikap ekstraktif dari proses ekonomi yang
dominan. Lalu dari mana datangnya persepsi bahwa anarkisme berarti mendorong
pada kehancuran dan kekerasan? Sejak Bakunin, salah satu penerus pemikiran
Proudhon dalam hal anarkisme, secara historis orientasi jalur pergerakan
anarkisme telah berubah dengan cara pemberontakan. Bakunin justru melegalkan
gerakan-gerakan dalam bentuk aksi langsung (direct action) dari perjuangan
kelas buruh. Kekerasan dan pemberontakan menurutnya adalah tindakan yang perlu
dilakukan selama ditujukan kepada negara. Karena baginya kekuasaan negara telah
melanggar hak-hak asasi individu yang bebas.
Pemikiran Bakunin dalam
memperjuangkan gerakan anarkismenya dengan cara revolusioner dan kekerasan
selanjutnya diikuti oleh tokoh-tokoh anarkis lainnya seperti Alexander Berkman,
Errico Malatesta dan Peter Kropotkin. Di samping itu menurut Sheehan, citra
negatif anarkisme karena "dipelintir" secara serampangan oleh pers
atau media yang menyamakannya dengan terorisme, kekerasan, dan sebagainya.
Juga, tatkala anarkisme dan kekerasan seolah menjadi bahasa keseharian yang
maknanya sinonim. Hal demikian yang membuat kerancuan demi kerancuan terjadi.
Dari sedikit perbincangan ini setidaknya telah membuka mata kita dan lebih
memahami bahwa anarkisme tidaklah seperti yang dibayangkan oleh kebanyakan
orang. Banyak varian dari anarkisme itu sendiri, sehingga bila menganggap
anarkisme hanya dalam makna tunggal justru memunculkan kesalah-pahaman yang
sejatinya tidaklah perlu.
0 komentar:
Posting Komentar