“Ada
kebahagiaan di hutan yang belum terjamah, Ada kegairahan dipantai yang sunyi,
Ada peradaban di kedalaman lautan, dimana tak ada penggangu…Aku tak lebih
mencintai manusia, tapi lebih mencintai alam” (Lodr Byron; Into The Wild)
Kutipan ini diambil
dari sebuah film yang terinspirasi oleh kisah nyata. Film ini mengisahkan
seorang pemuda yang terpenjara dengan keadaan masyarakat dan lingkungan
keluarganya yang penuh dengan kepura-puraan, rasa kecewa dan marah menjadi batu
hingga ia berniat untuk lepas dan pergi meninggalkan peradabanya. Akhirnya ia
menemukan tujuan, tempat yang selalu menunjukan bentuk aslinya, tempat
melepaskan masalah-masalah hidupnya, selalu mengajarkan tentang arti kehidupan
yang sebenarnya yang ia dapatkan ketika menyatu dengan alam.
Selama manusia terus
bergerak sudah pasti rantai kehidupan akan terus menjerat. Dalam perjalanan,
sang waktu tak henti-hentinya memberikan cobaan dan ujian yang terus berganti. Alam
adalah tempat semua mahluk hidup yang satu dengan yang lain, didalamnya ada
sebuah tuntutan kegiatan sosial karena komponen lingkungan hidup saling
membutuhkan dan tidak bisa berdiri sendiri.
Era Globalisasi dan
modernisasi yang terjadi saat ini berpengaruh terhadap kelangsungan tempat
hidup manusia, meningkatnya kerusakan lingkungan akibat pencemaran udara, air dan tanah, serta
terjadinya bencana alam telah menandakan ketidak seimbangan lingkungan. Foktor
kegiatan manusia menjadi penyebap dasar itu terjadi.
Diseluruh belahan dunia
sudah mulai menjamur gerakan yang ingin mempertahankan keseimbangan lingkungan,
seperti kegian go green, the deep
ecology, green life-style,dan lain-lain. Begitu juga dengan mahasiswa Fak.
Kehutanan Unhas, yang mencoba mengkampanyekan kepedulian terhadap lingkungan
dengan cara praktek langsung ke lapangan. Sehinggga dapat langsung merasakan
kondisi saat kita mencoba berharmoniasai dengan alam yang dikemas menjadi
kegaiatan Jappa-jappa (Equilibrium
Environtmental).
Pada prinsipnya kegiatan
ini mengkampanyekan kelestarian lingkungan yang menitik beratkan bahwa “Alam tidak untuk ditaklukkan, namun untuk
dijaga dan dilestarikan, alam dapat memenuhi kebutuhan kita, namun tidak dapat
memenuhi kerakusan kita, dan, alam tak pernah menuntut kepada kita, karena alam
hanya memberi tanpa balasan apapun”.
Ketua Umum Biro Khusus
Belantara Kreatif BE KEMAHUT SI UH, Deidra Palepi Guntur mengatakan Jappa-jappa
(Equilibrium Environtmental)
merupakan salah satu program kerja dari BKBK yang dianggap perlu ada untuk
menyalurkan minat dan bakat mahasiswa dalam dunia seni dan lingkungan, sehingga
keluaran dari kegiatan ini memberikan kesadaran kepada semuanya bahwa di alam
semesta ini, kita selalu berkolerasi terhadap lingkungan dan budaya setempat
masing-masing wilayah dimana dalam menciptakan kelestarian lingkungan tidak
akan terlepas dari budaya masyarakat (kearifan lokal) setempat.
“Sangat
menarik melihat kenyataan dari keberagaman budaya bangsa Indonesia, dimana
Jappa-jappa ini bisa mengeksplor tempat-tempat itu bersama dengan kekayaan
alamnya”, jawab Dey (sapaan akrapnya) saat wawancara di
Basecamp BKBK, Kampung Rimba (4/09/2014). Ia melanjutkan bahwa kegiatan ini
terbuka untuk umum dan sangat dianjurkan bagi mahasiswa kehutanan karena kita
akan merasakan suasana yang berbeda dengan biasanya.
Dalam kegiatan
Jappa-Jappa ini memiliki beberapa agenda seperti green schooling, malam
pentas
seni (Art Night), dan penghijauan
bersama dengan masyarakat. Panitia selaku pelaksana juga mengagendakan untuk mensosialisasikan
peran hutan dan berusaha memberikan penyadaran kepada masyarakat agar
senantiasa menjaga hutan dimanapun dia berada. Seperti yang telah dilakukan di
Desa Parombean,
Kecamatan Curio,
Kabupaten Enrekang,
Sulawesi Selatan pada Mei 2013 lalu.
Sangat disayangkan
dalam perjalanannya pada tahun ini mengalami hambatan sehingga tidak sempat
terlaksana. Salah satu factor adalah pendanaan dari kegiatan ini dan sumber
daya manusia yang kurang. Namun, besar harapan pengurus BKBK untuk periode
selanjutnya agar kegiatan ini dapat terlaksana kembali dan sangat dibutuhkan
dukungan dari semua pihak yang terkait untuk menyukseskannya.
Andri
Nur Alam, mahasiswa Fak. Kehutanan Angkatan 2009 yang pernah mengikuti kegiatan
tersebut menuturkan rasa rindunya untuk kembali mengikuti kegiatan jappa-jappa
ini, meskipun ada kekecewan karena tahun ini tidak dilaksanakan.“BKBK telah berani melakukan kegiatan yang
cukup kreatif dan mampu memberikan sebuah pengalaman spiritual tersendiri yang
belum pernah didapatkan sebelumnya bagi saya”, ujar Andri. Selanjutnya menegaskan “Harapan kedepannya kegiatan ini bisa disii dengan kegiatan yang
bervariasi dan inovatif, sehingga bisa dirasakan oleh seluruh mahasiswa yang
lain”.(gpb)
0 komentar:
Posting Komentar